Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Lebih Dekat Dengan H Kholid Ismail Ketua DPRD Kabupaten Tangerang

Jumat, Maret 05, 2021 | 11:44 WIB Last Updated 2021-06-09T08:04:06Z

 

H Kholid Ismail Ketua DPRD Kabupaten Tangerang

Kehidupan Kholid Ismail sedang berada di kondisi dinamis perpolitikan , Ketua DPRD Kabupaten Tangerang. Pencapaian itu dirintis dari nol. Ia pernah menjadi sopir angkot dan guru Taman Kanak-kanak.


Kendati Kholid sudah menjadi pejabat publik dan mendapat berbagai fasilitas yang menyenangkan hidupnya. Namun sikapnya tidak berubah. Ia tetap ramah, murah senyum, rendah hati, sederhana, terbuka dan mau berteman dengan siapa pun.


Contoh kecil, ia tidak pernah membeda-bedakan tamunya, baik yang datang ke kantor maupun ke rumahnya. “Siapa pun yang datang ke rumah, saya terima kecuali pagi, saya ke kantor,”ujarnya.


Bagi politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kabupaten Tangerang ini, jabatan adalah amanah dari Allah SWT. Karena itu, ia tidak mau menyikapi jabatan itu secara berlebihan.


“Sekarang saya sebagai Ketua DPRD Kabupaten Tangerang, biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa,” ungkap Sarjana Agama Islam Universitas Islam Syekh Yusuf (UNIS) Tangerang ini.


Jika sebuah jabatan atau kekuasaan disikapi oleh orang yang punya jabatan itu secara berlebihan, apalagi hingga melupakan Tuhan, tidak akan membawa manfaat dan berkah dalam hidupnya.


“Dalam hidup ini ada orang yang dimuliakan dengan jabatan, namun juga ada yang dihinakan dengan jabatan. Jadi, jabatan harus disikapi sebagai amanah dari Allah,”kata Kholid, berdakwah.


H Kholid Ismail Ketua DPRD Kabupaten Tangerang


H Kholid Punya Pikiran Yang Lincah

Sebenarnya, kalau saat ini Kholid menjelma menjadi sosok yang keren, hebat dan suskses, itu tidak perlu heran. Sebab, ia sosok yang aktif ketika masih sekolah di Banyumas dan kuliah di UNIS.


“Di sekolah dan kampus dulu, saya memang orang yang aktif. Selain itu, sambil kuliah jadi sopir angkot R11. Saya jadi sopir angkot itu tiga tahun. Pagi sampai sore saya narik angkot, malam kuliah,”katanya.


Sebetulnya tidak hanya aktif, Kholid juga sebagai pribadi yang menyenangkan, lincah, tak bisa diam dan pandai memanfaatkan peluang dengan lompatan dan terobosan pikirannya yang visioner.


Kholid memang tidak ingin menjadi orang dengan kategori biasa-biasa saja, melainkan ingin menjadi orang yang luar biasa. “Saya harus memaksimalkan akal kita,” ungkap Bapak yang sudah dikaruniai dua orang anak dari satu istri ini, penuh semangat.


Ia juga pernah bergerak di dunia LSM lingkungan hidup bernama Banten Environmental Watch (BEW). Saat itu, BEW sangat dikenal di Kabupaten Tangerang dan banyak pihak yang melakukan konsultasi lingkungan, misalnya mengenai AMDAL dan lain-lain.


“Selain aktif di LSM lingkungan BEW, saya juga dulu usaha kecil-kecilan. Saya punya beberapa gerobak kaki lima. Jualan rokok, jualan macem-macem. Hasilnya lumayan bisa dapat Rp 2 juta per hari,”ungkapnya.


Namun dalam perjalannya bisnis Kholid terpaksa harus tutup, karena ritel-ritel sudah masuk ke kampung-kampung. Orang-orang akhirnya belanja ke ritel itu, dan bukan lagi ke gerobak kaki lima.


Namun Kholid tidak pernah kapok, tidak putus asa. Naluri bisnisnya tetap menyala-nyala. Ia melakukan lobi-lobi ke pemilik mal dan membeli mebel-mebel yang rusak, kemudian diperbaiki dan dijual kembali. “Saya punya tempat workshop-nya,”terang dia.


Tak heran jika Kholid setahap demi setahap mulai mapan hidupnya. Sebelum terjun ke dunia politik, Kholid sudah punya segalanya. Tidak berlebihan jika di legislatif, Kholid tidak bermaskud cari uang apalagi cari untung, namun ia ingin beribadah dan mengabdi untuk mensejahterakan masyarakat.


Namun ketika hidupnya sudah mapan dan tidak ada masalah dengan keuangan, lagi-lagi Kholid tidak pernah berubah. “Tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan uang,”kilahnya.


Membayangkan kehidupan Kholid tentu saja tidak melulu indah. Sebab, sebagai manusia ia pernah terpuruk. “Saya pernah tidak punya uang. Tapi hidup itu memang begitu,”ujarnya,”kilahnya.


Ketika lulus kuliah misalnya, untuk menghidupi dirinya, Kholid pernah mengabdikan diri menjadi guru, dari mulai Taman Kanak-kanak, MTs, SMP, SMA dan bahkan pernah juga menjadi dosen juga.


Bagi Kholid hidup itu seperti berada di lautan, kadang ada ombak dan kadang ada angin. “Itulah cobaan, setiap manusia pasti punya cobaan. Dengan cobaan itu kita harus bangkit,”katanya.


Dan suatu hari, Kholid pun berlabuh di partai politik. Ia masuk gerbong PDI Perjuangan dengan semangat loyalitas yang tinggi. Kholid pernah mencalonkan diri menjadi anggota legislatif. Ia dua kali gagal dan ketiganya terpilih.


Ketika ditanya mengapa terjun ke politik, apakah di LSM lingkungan sudah tidak nyaman? Kholid mengatakan bahwa hidup manusia itu sesungguhnya berlayar dan suatu saat harus punya pilihan berlabuh.


Hebatnya lagi, ketika Kholid lolos ke DPRD Kabupaten Tangerang, ia tidak memiliki keinginan yang muluk-muluk. “Saya dapat 12 ribu suara dalam Pemilihan Legilastif (Pileg),”ungkapnya.


Karena itu, Kholid diusulkan oleh Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDIP Kabupaten Tangerang menjadi Ketua DPRD Kabupaten Tangerang. Namun lagi-lagi Kholid tidak punya keinginan yang berlebihan.


“Setelah diusulkan, saya jalani saja tes tertulis di DPP PDIP di Jakarta. Saya kemudian ditetapkan jadi Ketua DPRD Kabupaten Tangerang. Ibaratnya saya lagi tidur dibangunin,”paparnya.


Lantas mengapa hidup Kholid bisa seberuntung itu? Kholid mengaku ketika sedang tes di DPP PDIP itu, dirinya baru saja hatam Alquran. “Ya, waktu saya baru saja hapal Alquran,”ujarnya.


Pribadi Kholid memang religius. Selain selalu menghatamkan Alquran dalam hidupnya, ia pun selalu menjaga shalat lima waktu. “Sebagai seorang muslim kita harus menjaga shalat,”katanya.


“Shalat itu harus dilaksanakan di awal waktu. Namun kalau tidak mampu, ya tepat waktu. Kalau tidak mampu juga di akhir waktu. Masih tidak mampu juga ya kebangetan,”katanya.|***

×
Berita Terbaru Update