Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Peran Literasi Digital Dalam Upaya Pelestarian Alam

Minggu, Januari 31, 2021 | 20:34 WIB Last Updated 2021-04-07T07:08:28Z
Peran Literasi Digital Dalam Upaya Pelestarian Alam
Farida Azzahra / NIM. 1930111026

Peran Literasi Digital Dalam Upaya Pelestarian Alam 

Oleh Farida Azzahra / NIM. 1930111026


PENDAHULUAN

Bangsa dengan budaya literasi tinggi menunjukkan kemampuan bangsa tersebut berkolaborasi, berpikir kritis, kreatif, komunikatif sehingga dapat memenangi persaingan global.


Sebagai bangsa yang besar, Indonesia harus mampu mengembangkan budaya literasi sebagai prasyarat kecakapan hidup abad ke-21 melalui pendidikan yang terintegrasi, mulai dari keluarga, sekolah, sampai dengan masyarakat. Penguasaan enam literasi dasar yang disepakati oleh World Economic Forum pada tahun 2015 menjadi sangat penting tidak hanya bagi peserta didik, tetapi juga bagi orang tua dan seluruh warga masyarakat. Enam literasi dasar tersebut mencakup literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya dan kewargaan” (Menteri Pendidikan RI, 2017)


Salah satu dari enam literasi dasar adalah literasi digital, yaitu  suatu kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh setiap warga Negara  Indonesia. Intinya, bagaimana kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan untuk hal-hal yang positif oleh penggunanya seperti mencari, menggunakan serta menyebarkan informasi yang akurat, dapat dipercaya, bermanfaat dan harus bisa dipertanggungjawabkan  kebenaran sesuai faktanya.


Menurut The American Library Association’s, literasi digital adalah kemampuan untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mencari, mengevaluasi, membuat, serta mengkomunikasikan informasi yang memerlukan kemampuan kognitif dan keterampilan teknis.


“Digital literacy is the ability to use information and communication technologies to find, evaluate, create, and communicate information, requiring both cognitive and technical skills.”


Kemampuan mengimplementasikan literasi digital yang memuat tentang peranan sumber daya alam dan lingkungan hidup (SDA dan LH) sangat penting agar SDA dan LH dapat dikelola dengan bijaksana sehingga pembangunan serta keberlangsungan kehidupan manusia dapat terjaga dan lestari saat ini dan di masa yang akan datang.


Indonesia merupakan negara yang memiliki sumberdaya alam yang berlimpah, namun Indonesia masih tergolong negara  miskin  dengan  tingkat  pendapatan  perkapita  tahun  2014 sebesar  USD  5.700  per  tahun,  sementara  Malaysia  USD  13.000  dan Singapura USD 51.000. Jumlah penduduk miskin Indonesia di tahun yang sama sekitar 27,73 juta jiwa (BPS, 2015). Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa jumlah penduduk miskin di perkotaan dan perdesaan Indonesia pada 2020 sebesar 26,42 juta, angka ini naik 5,09% dibandingkan tahun sebelumnya yakni 25,14 juta. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam yang kita miliki belumlah optimal. (Nuarsa, 2016). 


Di lain pihak Indonesia terletak pada pertemuan lempeng tektonik aktif, jalur pegunungan aktif, dan kawasan beriklim tropik; sehingga menjadikan sebagian besar wilayahnya rawan terhadap bencana alam.(Arifin, wahyuni, 2019). 


Ada fakta cukup menarik bahwa terdapat kenyataan yang masih sering diabaikan selama ini adalah bahwa Indonesia merupakan negara yang tidak sedang dalam keadaan perang, tetapi selalu memiliki rakyat yang mengungsi.  Bencana adalah penyebab kondisi itu. Terutama sejak 2004, Indonesia praktis tidak pernah berhenti mengalami bencana alam besar. (Wartatmo, dr., 2019), hal tersebut tidak terlepas sebagai akibat eksplorasi SDA yang berlebihan.


Pada era tahun 2010-an , komunikasi masih dilakukan dengan metode konvensional, arus informasi yang diterima hanyalah melalui media cetak, TV, dan radio. Tidak ada YouTube, Twitter, Facebook, Instagram, WhatsApp, dan aneka macam media sosial yang kini mulai menggantikan interaksi yang terjadi di dunia nyata, informasi tentang potensi sumberdaya alam dan kejadian bencana alam tidak dapat kita ketahui secepat saat ini, bahkan tidak jarang terjadi kekeliruan informasi dalam menyikapi bencana yang terjadi. 


Kemajuan teknologi  juga turut mengubah kebiasaan masyarakat dalam mendapatkan informasi. Data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukkan bahwa pengguna internet di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Kini hampir di semua tempat, masyarakat Indonesia, baik tua maupun muda piawai dalam menggunakan smartphones. Generasi orang tua maupun anak-anak Generasi Z sama-sama canggih dalam mencari informasi di dunia maya (digital savvy).


Untuk mendapatkan berita terkini tentang masalah sumberdaya alam dan upaya pelestarian alam, saat ini kita tidak melulu harus pergi ke perpustakaan untuk mencari referensi atau membeli koran,  informasi kini melimpah ruah dalam jagad virtual, entah itu dalam format teks, foto, maupun video.


Kemampuan literasi digital yang substantif dengan perkembangan masyarakat dapat membantu masyarakat dalam mendapatkan informasi, sehingga dapat meminimalisir  munculnya fenomena penyebaran hoax, cyberbullying, paham radikalisme, dan informasi yang simpang siur. 


LITERASI DIGITAL DALAM UPAYA KONSERVASI ALAM


Pintu masuk untuk mengembangkan budaya literasi bangsa adalah melalui penyediaan bahan bacaan dan peningkatan minat baca, dalam rangka menajamkan  kemampuan mengolah informasi sehingga dapat meningkatkan kemampuan literasi digital masing-masing individu ditengah  arus informasi kini semakin melimpah, khususnya yang berkaitan dengan upaya pelestarian alam dengan lebih intens mengakses literasi-literasi digital yang memuat edukasi konservasi atau membuat konten-konten edukasi konservasi.


Literasi digital di bidang pelestarian alam seyogyanya menghasilkan pemikiran bumi seperti apa yang hendak diwariskan kepada anak cucu generasi mendatang. 


Untuk itulah perlu terus didorong kegiatan literasi digital yang dapat memotivasi upaya  Konservasi,  yaitu suatu upaya pelestarian dan perlindungan alam tetapi masih memperhatikan manfaat yang bisa didapatkan pada saat itu dengan cara tetap mempertahankan suatu keberadaan setiap komponen-komponen lingkungan untuk pemanfaatan di masa yang akan datang.


Dari mulai tingkat sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi, pada umumnya pembelajaran tentang pelestarian alam merupakan salah satu pembelajaran yang masih terbatas dikemukakan dalam proses belajar mengajar, padahal memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentukan karakter karena dapat memberikan bekal kepada peserta didik dalam menjaga keseimbangan antara kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era abad 21 dan upaya pelestarian alam. 


Oleh sebab itu, pembelajaran tentang pelestarian alam yang diselenggarakan di sekolah-sekolah diharapkan mampu menerapkan atau mengimplementasikan literasi digital  dalam pembelajarannya.  Literasi digital dibidang pelestarian alam di lembaga pendidikan dapat mengedukasi dan menjadi contoh dalam proses penyerapan informasi tentang alam dan peranannya dalam kehidupan manusia. 


“Untuk membangun budaya literasi pada seluruh ranah pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat), sejak tahun 2016 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggiatkan Gerakan Literasi Nasional (GLN) sebagai bagian dari implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. 


Layaknya suatu gerakan, pelaku GLN tidak didominasi oleh jajaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tetapi digiatkan pula oleh para pemangku kepentingan, seperti pegiat literasi, akademisi, organisasi profesi, dunia usaha, dan kementerian/lembaga lain. 


Pelibatan ekosistem pendidikan sejak penyusunan konsep, kebijakan, penyediaan materi pendukung, sampai pada kampanye literasi sangat penting agar kebijakan yang dilaksanakan sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat. 


GLN diharapkan menjadi pendukung keluarga, sekolah, dan masyarakat mulai dari perkotaan sampai ke wilayah terjauh untuk berperan aktif dalam menumbuhkan budaya literasi”. (Menteri Pendidikan RI, 2017)


PERAN STRATEGIS LITERASI DIGITAL DALAM PELESTARIAN ALAM 


Sejarah perkembangan industri mencatat bahwa teknologi menjadi kunci pembuka  Terjadinya revolusi industri. Francis Fukuyama, 2010, dalam bukunya The Great Disrubtion; Human Nature And The Reconstitution of Social Order menyatakan bahwa teknologi merupakan tali penghubung antara ekonomi, sosial, politik, dan budaya masyarakat. Tanpa peran serta teknologi revolusi industri tidak mungkin terjadi.


Literasi, dalam hal ini literasi digital, pantas kiranya diposisikan sebagai pemicu terjadinya dinamika paradigma manusia ketika menyikapi industri 4.0 yang akhirnya menyebabkan efek domino ke beragam aspek kehidupan. Melalui distribusi yang merata literasi digital punya peran besar membentuk wacana-wacana tertentu pada isu-isu tertentu, termasuk isu lingkungan.


Perkembangan industri dipercaya sebagai motor penggerak laju ekonomi. Oleh karena itu muncul semangat ‘pembangunan berkelanjutan’, bukan malah ‘kehidupan berkelanjutan’.


Bahwa  pembangunan berkelanjutan demi tercapainya percepatan ekonomi menjadi dasar berpikir bahwa proyek pembangunan wajib menempatkan kepentingan manusia sebagai titik tolak.


Akibatnya  banyak praktek pembangunan berkelanjutan yang cenderung mengabaikan aspek lingkungan, misalnya: deforestasi secara massif oleh korporasi-korporasi demi membuka lahan bagi perkebunan sawit, perusahaan tambang di Kalimantan dan Papua yang meninggalkan begitu saja tanah bekas pertambangan tanpa melakukan restorasi lahan, pengerukan pasir sungai di pulau Jawa oleh pengusaha pasir secara brutal tanpa mempertimbangkan resiko menyusutnya air tanah penduduk sekitar, pabrik-pabrik yang enggan mengelola limbah hasil olahan, dan menumpuknya sampah plastik di pantai yang secara berkala terbawa sampai laut.


Ketidaktepatan pola pikir pembangunan berkelanjutan yang digalakkan besar-besaran tidak hanya menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan tetapi juga menurunnya kualitas hidup manusia.


Mempertimbangkan banyaknya durasi jelajah digital harian, konservasi nilai-nilai lingkungan memang paling tepat memanfaatkan media literasi digital. Setidaknya menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya konservasi bagi pengguna aktif media digital melalui penyediaan literasi digital yang bertema konservasi.


Relasi industri 4.0 dengan literasi digital membentuk konsep berpikir baru bagi manusia tatkala menghadapi krisis-krisis lingkungan. Lalu lintas informasi digital yang menjangkau seluruh planet membuka saluran komunikasi global.


Isu-isu lingkungan yang tersebar sporadis dihimpun ke dalam basis data raksasa yang senantiasa bersifat terbuka. Selanjutnya, akibat pembacaan informasi-informasi digital itulah terkuak berbagai krisis lingkungan mulai dari skala lokal hingga internasional.


KESIMPULAN


Bangsa dengan budaya literasi tinggi menunjukkan kemampuan bangsa tersebut berkolaborasi, berpikir kritis, kreatif, komunikatif sehingga dapat memenangi persaingan global.


Salah satu dari enam literasi dasar adalah literasi digital, yaitu  suatu kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh setiap warga Negara  Indonesia.


Akibat kurangnya literasi digital yang memuat tentang pentingnya pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup (SDA dan LH), menjadi salah satu penyebab Indonesia yang memiliki sumberdaya alam yang berlimpah, namun masih tergolong negara  miskin.


Kemajuan teknologi  juga turut mengubah kebiasaan masyarakat dalam mendapatkan informasi.


Untuk membangun budaya literasi pada seluruh ranah pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat), sejak tahun 2016 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggiatkan Gerakan Literasi Nasional (GLN) sebagai bagian dari implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.


Dengan literasi digital berbagai krisis lingkungan mulai dari skala lokal hingga internasional dapat lebih cepat diketahui dan dicari cara untuk mengatasinya. 


DAFTAR PUSTAKA


Ardhiani, Ocvita. 2016, Literasi Media (Digital).Jakarta :Fakultas Ilmu Komunikasi Univ. Gunadarma


Tambaruka, Apriadi. 2013. Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa.Jakarta: Rajawali Pers


Peraturan Menterian Pendidikan dan Kebudayaan No. 23 Tahun 2015 tentang Pertumbuhan Budi Pekerti


Kristyowati, Reny. Purwanto, Agung. 2019. “Pembelajaran Literasi Sains Melalui Pemanfaatan Lingkungan”. Jakarta.


Sardjono, Wahyu.2011. “Model Pelestarian Lingkungan Hidup Berbasis Teknologi Informasi Pada Aktivitas Sosialisasi Berbasis Masyarakat Sebagai Sentra Partisipan” Jakarta. 


Hermawan, Daniel. 2019. “Peran Keluarga dan Masyarakat dalam Literasi Digital : Peluang dan Tantangan Industri 4.0.”.Jakarta.

×
Berita Terbaru Update