×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Program Sagasapaku: Budayakan Membaca, Kata Pustakawan Pertama Pada Dinas Perpusda Kabupaten Tangerang

Sabtu, Juli 29, 2023 | 13:16 WIB Last Updated 2023-07-29T06:18:28Z
Program Sagasapaku: Budayakan Membaca, Kata Pustakawan Pertama Pada Dinas Perpusda Kabupaten Tangerang


Kabupaten Tangerang - Enjat Sudrajat Pustakawan pertama pada Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (Perpusda) Kabupaten Tangerang menyebut bahwa program Sagasapaku (Satu Keluarga Satu Paket Buku) adalah salah satu program literasi yang mendekatkan masyarakat dengan budaya membaca.


Hal tersebut dikatakannya saat usai Talk Show di aula kantor Desa Cikuya Kecamatan Solear Kabupaten Tangerang Banten dengan tema “Bedah Buku” dalam meningkatkan kualitas hasil karya penulis, yang menghadirkan beberapa narasumber terpercaya.


Program Sagasapaku ini bagaimana cara bisa menyasar langsung ke masyarakat, dengan harapan dengan program itu menjadi keterbatasan anggota keluarga itu membaca buku dan nanti menjadi suatu budaya baca,” ucap Enjat Sudrajat, kepada awak media, Rabu (26/7/2023).


Lanjut Pustakawan pertama pada Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Tangerang ini, “Banyak pelayanan perpustakaan yang bisa dilakukan, selain melayani masyarakat di kantor perpustakaan, kita juga melakukan layanan mobile, juga pelayanan buku buku elektronik,” tambahnya.


Selain itu, Penyediaan buku elektronik melalui iTangKap, juga buku elektronik ini disiapkan ditempat umum/keramaian seperti di mal, stasiun kereta api, alun alun, dengan berupa kode batang yang ditempel di Tugu Baca.


“Sehingga men-scan kode batang/QR tersebut masyarakat sambil menunggu atau santai bisa baca buku di handphone androidnya,” terang Enjat.


Sementara itu, Dra Masdiana MM Kabid Layanan Pembinaan dan Pelestarian Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Tangerang mengaku bahwa kegiatan Sagasapaku ini sudah berlangsung sejak 2021 pertama kali dibuka di desa Sodong namun kegiatan tersebut hanya sebatas launching atau sosialisasi.


“Program ini baru bisa berjalan apabila desa itu sendiri sudah memiliki Perpustakaan dan memiliki anggaran untuk pembelian buku. Jadi desa itu harus punya buku yang dipinjamkan kepada masyarakat, terutama desa yang telah menerima program inklusi sosial dari Perpustakaan Nasional,” ungkap Ana.


Namun lanjut Ana, melalui anggaran dana desa (ADD) juga bisa menganggarkan untuk Perpustakaan. Dimana kata dia, Desa sendiri harus menyiapkan fasilitasnya dan disesuaikan dengan karakter desanya itu sendiri.


“Kalau karakter desanya itu banyak petani, ya kita harus memperbanyak buku buku tentang pertanian supaya life skill nya berjalan. Buku buku itu kita pinjamkan ke masyarakat, artinya kita menjemput bola demi meningkatkan minat baca masyarakat. Kalau di perpustakaan itu masyarakat yang datang, namun dalam program ini kita yang datang sehingga buku yang ada di perpustakaan itu ada manfaatnya.” tandasnya. (Yd)

×
Berita Terbaru Update